Guru Drona tegas memerintahkan Bima agar meletakkan busur dan anak panahnya. Drona mengatakan bahwa siswa yang baik, melaksanakan perintah gurunya dengan bijak! Dengan tersip-sipu, Bima sena meletakkan busur dan anak panah, seketika itu juga. Bima Sena kembali ketempat semula dan duduk dengan santun.
Seratus lima orang ksatria remaja, diuji dengan saksama oleh Guru Drona, pada jadwal pelaksanaan evaluasi belajar-mengajar panah-memanah diluar tembok kraton Astina. Tiba giliran Arjuna dipanggil kedepan, untuk melaksanakan tugas yang sama serupa dengan apa yang telah diwajibkan Guru Drona, kepada Bima dan para peserta yang lain.
Arjuna mengambil ancang-ancang, sikap kuda-kuda yang kokoh. Membentangkan busur membidikkan anak panah kearah target sasaran. Pertanyaan Guru Droma bagi Bima Sena tadi, diulang juga lagi bagi Arjuna. Drona : "Arjuna, apa kau melihat daun pohon beringin?" "Tidak"! : Jawab Arjuna tegas. Drona: "Apa kau melihat kepala burung?" "Tidak!" : Jawab Arjuna. Drona : "Jadi, apa saja yang kau lihat? "Hamba jelas melihat sahi mata boneka burung itu!" kata Arjuna tegas. "Lepaskan anak panahmu Arjuna!" ujar Drona.
Ternyata anak panah Arjuna melesat tepat nancap pada mata boneka burung, tembus kemata boneka burung yang sebelah. Guru Drona menepuk-nepuk pundak Arjuna, tanda sangat memuji Arjuna. Tepuk tangan penonton membludak rampak. Semua Korawa seratus dan Pandawa Lima serta para penonton berdiri memberikan aplous bagi Arjuna. Para penonton sangat puas menyaksikan pertunjukan, sajian Arjuna.
Banyak penampilan siswa Guru Dona yang lain, mendapat jibiran bibir dengan muka asam, serta komentar Huu, mencemooh, karena mereka tidak mampu menampilkan tontonan yang menarik dalam kegiatan evaluasi praktek memanah, dilingkungan kerajaan Astina.
Latar belakang sebuah lakon cerita, siap akan diwujudkan kedalam sebuah wujud seni pertunjukan, perlu digagas diciptakan sarat isi dan makna beragam masalah yang panjang lebar dan dalam. Agar suasana-suasana pelik rumit dapat terpancar tersirat dari lakon itu.
Seni Pertunjukan Wayang Kulit Parwa Gagrag Bali
Seni Pertunjukan Wayang Kulit Parwa Gragag Bali, dimulai dengan dalang nginang, makan sirih, diiringi gender gendhing petegak I.
Dalang menyalakan 'Swar/ Blencong', menata letak sesaji dan sarana seni pertunjukan lainnya. Lantas dalang nebah tutup kotak membangunkan wayang, diiringi dengan gender gendhing pemungkah. Wayang pamurti, disimping menciptakan ruang batas ujung palemahan kanan dan kiri. Setiap pamurti dipertebal dengai, simpingan jenis-jenis wayang yang tidak akan ditampilkan dalam pertunjukan malam itu.
Dalam nyempala, gender Batel. Dalang nyempala nirtir gender gilak, solah/tari Kekayon I, mensakralkan ruang pakeliran seni pertunjukan wayang kulit.
Lengkap 'pah karang solah Kekayon', Kekayon ditancapkan oleh dalang diporos debong palemahan. Dalang mengayunkan swar; nyimping wayang terpilih akan tampil, disebelah kanan, dan sebelah kiri Kekayon. Bagian ini dikenal dengan: 'Laga Nidra'. Diiringi dengan Gender Gendhing Petegak II s/d Pengarip. Ujung akhir gendhing Pengarip, gendhing beralih menjadi Batel, diawali dengan tanda getaran gerak lembut Kekayon, selanjutnya gender menebal, Kekayon merespon dengan gerak solah/tari Kekayon II, tanpa Cempala.
Gebrak Cempala Gender Gendhing Kebyar Alas Arum, s/d Pengawak Alas Arum, ditanggapi dalang dengan tari penampilan tokoh Bagawan Bhisma, Drona, beberapa remaja bangsawan Pandawa Lima, Korawa Seratus dan ponakawan. Gebrak Cempala Penyahcah Parwa - Gender Selondingan Penyahcah Parwa Vocal dalang Palawakya Penyahcah Parwa - Pengalang Bawak Dawa - Sawenduk Samita - Gender Sepi - Mati. Demikian pakem ritual seni pertunjukkan, berakhir s/d Sawenduk Samita. Selebihnya adalah aktifitas kreatif dalang, nyanggit lakon 'Drona Jaya'.
Dialog Guru Drona Dan Bagawan Bhisma
Membahas rencana 'Kuliah Praktek Kerja Nyata' bagi siswa remaja bangsawan Astina telah direncanakan oleh Guru Drona. Negeri Pancala, akan dijadikan sasaran, tempat pelaksanaan 'Kuliah Praktek Kerja Nyata', oleh Drona. Bagawan Bhisma setuju, para remaja bangsawan Astina, wajib melaksanakan 'Kuliah Praktek Kerja Nyata' sesuai rencana Guru Drona :
1. Para Korawa Seratus, memancing kemarahan Gandamana, dan para pemimpin pasukan perang kerajaan Pancala. Agar mereka keluar dari wilayah ibu kota Pancala, berlaga melawan para remaja Kurawa Seratus, menuju kedalam sebuah hutan. Korawa Seratus bergerilya berperang melawan pasukan Pancala, dihutan. Agar supaya keindahan kota tidak rusak, bila perang berlangsung dikota. Korawa Seratus diiringi oleh dua ponakawan : Delem dan Sangut.
2. Dari arah lain kota Pancala, Arjuna seorang diri, diperintahkan untuk menangkap Sucitra raja Pancala. Dibelenggu, tidak lecet sedikitpun. Dibaringkan didekat kaki Guru Drona, yang berdiri dipusat kota. Arjuna diiring oleh ponakawan : Tuwalen, Merdah.
Demikian laporan rencana Guru Drona kepada Bhisma, wajib dilaksanakan oleh para murid Guru Drona, para bangsawan remaja kerajaan Astina. 'Pengalaman adalah guru terbaik!' ujar Guru Drona pada akhir pertemuan.
Gebrak Kekayon Penyalit Gender Batel Berubah Menjadi Bapang Delem
Tari Gejul Ponakawan Delem Dan Sangut: Menari, Nembang, Berdialog. Delem : "Hai Sangut, Guru Drona, memang sangat hebat! Guru yang satu ini sangat kreatif dalam menuangkan ilmu pengetahuannya bagi para muridnya dilingkungan kraton Astina. Setelah kegiatan belajar mengajar selama satu semester, diadakan eveluasi praktek panah-memanah, di Astina. Sekarang setelah dua semester melaksanakan kegiatan belajar mengajar rencana Guru Drona berkembang menjadi kegiatan: 'Kuliah Praktek Kerja Nyata'. (Bersambung)
Source: Wayan Diya l Warta Hindu Dharma NO. 511 Juni 2009